Baterai merupakan alat elektronika yang sangat bermanfaat dalam menyimpan energi. Tanpa baterai mungkin saat ini kita harus menghubungkan kabel ke smartphone disaat ingin memakainya. Beruntunglah teknologi saat ini memungkinkan baterai selalu bisa diisi ulang atau dikenal rechargeable battery ketika low batteries (Low-Bat) atau mati.
Baterai berbeda dengan kapasitor, namun sama-sama berfungsi sebagai penyimpan energi. Kapasitor menyimpan energi lebih banyak dibandingkan dengan baterai yang biasa kita gunakan. Baterai berhubungan dengan sumber arus searah atau DC, sedangkan kapasitor dikaitkan dengan arus bolak balik atau AC.
Tahukah kamu asal mula baterai?
Pada tahun 1799, fisikawan Italia Alessandro Volta menciptakan baterai pertama dengan menumpuk bolak lapisan seng, air garam, karton atau kain basa, dan perak. Pengaturan ini, disebut tumpukan volta, bukan perangkat pertama untuk menciptakan listrik, tapi itu yang pertama untuk menghasilkan listrik yang stabil, dan hingga saat ini menjadi patokan baterai modern. Namun, ada beberapa kelemahan dari penemuan Volta. Ketinggian di mana lapisan bisa ditumpuk terbatas karena berat tumpukan akan memeras air garam keluar dari karton atau kain. Cakram logam juga cenderung menimbulkan korosi yang cepat, tentu saja memperpendek umur baterai. Meskipun maish terdapat kekurangan, unit SI dari gaya gerak listrik yang sekarang disebut volt adalah untuk menghormati prestasi Volta.
Terobosan penemuan baterai berikutnya dilanjutkan oleh kimiawan asal Inggris John Frederic Daniell. Pertama kali menemukan baterai lebih efisien yaitu piring tembaga ditempatkan di bagian bawah botol kaca dan sulfat tembaga dituangkan di atas piring mengisi setengah tabung. Kemudian plat seng digantung dalam stoples, dan seng sulfat ditambahkan. Karena tembaga sulfat lebih padat dari seng sulfat, seng melayang ke atas tembaga dan dikelilingi pelat seng. Kawat terhubung ke pelat seng diwakili terminal negatif, sedangkan yang dihasilkan dari pelat tembaga adalah terminal positif.